Sebuah Tempat Untuk Pertemuan Kita
Masih jua aku serupa dahulu
Berangkat, kembali lewat jalan nan sama. jalan yang cuma kita melaluinya.
namun kini ada kelok dan simpang yang tak lagi terhafal.
Sungguh, arah angin buatku gugu bimbang di simpang
Aspal didiang matahari menjelma luluk pematang
Di manakah dangau persinggahan tempat kita menyiang kubang kaki, mengupas lelah, mengeja kitab-kitab—menafsir ayat-ayat Tuhan sebelum membaring miring tubuh, sedang kita selalu berpapas arah saat penghujung malam mengundang pangkal subuh ketika hiruk lalulalang yang hilang kan kembali menggenang, menyayat lengang
Pendar bulan empatbelas menyepuh ranah
Tapi tak dapat jua kureka relief wajahmu.
Aku masih berangkat ke arah nan sama
ke kota yang jua kau hadapkan mimpimu,
bertaruh diam dan kaku kepalan.
Aku pun kembali ke taratak yang sama
ke tepian tempat anyir kelahiran di hanyutkan.
kubasuh seluruh Doa nan tersimpan dalam lipat lipat ingatan.
Aku pun kelak pulang ke liang nan sama
Entah kan terbawa jejak luka dunia, atau jejak cintamu
Barangkali di situlah Wajah Tuhan disembunyikan
Lapau sastra 13 september 2003
Tidak ada komentar:
Posting Komentar