Mengeja lukamu, aku membaca lagi garis garis yang layu di wajah ibu,
biografi yang dituliskan sepanjang bayangan tubuhnya
lembar demi lembar risaumu membawaku pulang ke dalam rahimnya
di situlah, kutemukan segala awal riwayatku.
Selalu ada wajah dan kisah yang serupa di hadapan kaca
tapi apalah, kiniku tak bisa usap sisa bulir airmatamu di lembar maya itu
hanya rintihmu mengekal, berkulantun di ingatanku
berceritalah di pertemuan ini
barangkali esok, selepas perpisahan, kau akan melupaku
dan kutulis dirimu dalam catatan diriku
“ Tuhan, maukah izinkan kutulis dosa ini jadi puisi?”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar